(STUDI KOMPARASI METODE IQRA’ DENGAN METODE YANBU’A)
Oleh
Setiap
orang tua memiliki tanggung jawab mengajarkan anak-anaknya tata cara membaca
al-Qur’an sejak kecil.
Sebab al-Qur’an memiliki pengaruh
besar dalam menanamkan aqidah
yang kuat pada
jiwa anak. Menurut
Al-Gafidz Assuyuti “ pengajaran
al-Qur’an pada anak
merupakan dasar pendidikan
islam pertama kali yang harus
diajarkan kepada anak-anaknya.”( Muhammad Nur
Abdullah Hafidz, Mendidik
Anak Bersama Rosulullah, Albayan, Bandung , hlm. 138)
Ibnu
Khaldun dalam kitabnya, Al Muqaddimah mendiskusikan masalah pengajaran Al
Qur’an kepada anak-anak pada usia dini. Beliau menjelaskan beberapa metode yang
berbeda-beda. Ibnu Khaldun menrangkan bahwa pengajaran Al Qur’an pada anak-anak
kecil merupakan salah satu bentuk syiar agama yang dilakukan oleh orang di
berbagai kawasan Islam. Pengajaran Al Qur’an kepada anak-anak ketika mereka
masih kecil membuatnya lebih mudah diserap dalam hati mereka (‘Ablah Jawwad Al
Harsyi,terj. Agus Saifuddin, Kecil-Kecil Hafal Al Qur’an, Jakarta, 2006,
hlm.12) Dengan mendapatkan pengajaran al-Qur’an yang
baik, diharapkan anak mampu
membaca al-Qur’an dengan
baik dan benar (sesuai kaidah tajwid).
Membaca al-Qur’an
secara fasih dan
tartil serta mau mengamalkan apa yang
terkandung di dalam
al-Qur’an, maka akan
mendapatkan pahala yang berlipat
ganda. Akan tetapi
sebaliknya jika orang
tidak mau belajar
al-Qur’an, sehingga dalam membaca
al-Qur’an asal-asalan maka
ia akan mendapat
laknat (dosa). Hal ini
sesuai dengan sabda
nabi Muhammad SAW
yang diriwayatkan sahabat Anas
bin Malik.
Artinya :”Banyak
orang yang membaca
al-Qur’an yang semestinya
mendapat pahala , malahan mendapat laknat”( Al-Imam Abu
Hamid Muhammad Bin
Muhammad al-Gozali, Ihya
Ulumudin II, Toha Putra, Semarang, T.th, halaman 246)
Dalam
pengajaran al-Qur’an baik
di tingkat sekolah
taman kanak-kanak al-Qur’an maupun
tingkat Diniyyah dan
Ibtidaiyyah, banyak digunakan
metode belajar membaca
al-Qur’an, antara lain
metode Iqra', metode
Qiro'ati, metode AnNahdiyyah,
metode Baghdadiyah, Barqi, dan Yanbu'a,dan lain-lain. Setiap metode
memiliki cara dan teknik sendiri-sendiri dalam menjadikan anak didik mampu
membaca al-Qur'an secara fasih dan tartil. .
Saat ini metode membaca Al Qur’an
menjadi hal yang urgen bagi pendidik dalam mengajarkan membaca Al Qur’an. Namun
metode-metode membaca Al Qur’an yang ada selama ini belum maksimal memberikan
solusi untuk belajar membaca Al Qur’an dengan mudah, tepat dan cepat sehingga
banyak orang yang sedang belajar menganggap bahwa Al Qur’an itu sulit dan
menjadi ragu untuk bisa belajar membaca Al Qur’an.
Metode yang selama ini banyak digunakan
oleh pendidik dalam mengajarkan membaca Al Qur’an adalah metode Iqra’ yakni
metode yang dibuat oleh KH. As’ad Humam yang terdiri dari 6 jilid. Selain
metode tersebut, kini mulai muncul metode baru yang berasal dari Kudus yakni
metode Yanbu’a. Metode yang dirancang oleh lulusan pondok Yanbu’ul Qur’an ini
belum banyak dipergunakan oleh pendidik karena kurangnya pengetahuan tentang
hal itu. Dari dua metode tersebut, terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan
masing-masing. Juga memiliki persamaan dan perbedaan mulai dari tulisan hingga
materi yang diajarkan.
Dengan adanya dua metode belajar membaca
Al Qur’an tersebut, maka saya tertarik untuk meneliti terkait “ Tinjauan Metode
Belajar Membaca Al Qur’an (Studi Komparatif Metode Iqra’ dengan Metode Yanbu’a)
Metode
Pembelajaran Al Qur’an
Metode
berasal dari kata
methodos dalam bahasa Yunani
yang berarti cara
atau jalan. Sudjana
(2005: 76) berpendapat bahwa metode
merupakan perencanaan secara
menyeluruh untuk menyajikan materi
pembelajaran bahasa secara
teratur, tidak ada
satu bagian yang bertentangan,
dan semuanya berdasarkan
pada suatu pendekatan tertentu.
Pendekatan bersifat aksiomatis
yaitu pendekatan yang sudah
jelas kebenarannya, sedangkan
metode bersifat prosedural yaitu pendekatan dengan menerapkan
langkah-langkah. Metode bersifat prosedural
maksudnya penerapan dalam
pembelajaran dikerjakan melalui
langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap yang dimulai dari penyusunan
perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan
penilaian hasil belajar.
Menurut
Sangidu (2004: 14)
metode adalah cara
kerja yang bersistem untuk
memulai pelaksanaan suatu
kegiatan penilaian guna mencapai
tujuan yang telah
ditentukan. Salamun (dalam
Sudrajat, 2009:7) menyatakan bahwa
metode pembelajaran ialah
sebuah caracara yang
berbeda untuk mencapai
hasil pembelajaran yang
berbeda dibawah kondisi yang
berbeda. Hal itu
berarti pemilihan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan
kondisi pembelajaran dan hasil pembelajaran yang ingin dicapai.
Al Qur’an merupakan kitab Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad secara berangsur-angsur melalui malaikat Jibril yang
dengan membacanya bernilai ibadah.
Berdasarkan
pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa metode pembelajaran Al Qur’an merupakan
sebuah perencanaan yang utuh dan bersistem dalam menyajikan
materi pelajaran Al Qur’an baik
terkait membaca, menulis maupun manghafalnya.
Metode Iqra’
Metode Iqra’ merupakan karya K.H As’ad Humam sebagai
upaya untuk mengatasi keprihatinan umat Islam Indonesia mengenai tingginya buta
huruf baca-tulis huruf Al Qur’an, terutama dikalangan anak-anak pra sekolah.
Metode Iqra’ disusun sebagai penyempurna atas metode qira’ati. (Zainap Hartati,
Penerapan Metode Iqra’ dalam Belajar Membaca Al Qur’an (Studi tentang Penerapan Metode Iqra’ di TKA-TPA Kota Palangkaraya
Kalimantan Tengah)Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Vol 1, No 2 bulan
Desember 2004)
Metode Iqra’ adalah salah satu metode belajar
mengajar Al Qur’an yang disusun secara praktis dan sistematis, sehingga
memudahkan setiap orang untuk belajar maupun mengajarkan membaca Al Qur’an
(Buku Iqra’ Cara Cepat Belajar Membaca Al Qur’an, K.H As’ad Humam,Yogyakarta,
Balai Litbang LPTQ Nasional Team Tadarus AMM, 2000)
Metode
Yanbu’a
Penyusunan Yanbu'a berasal dari usulan
dan dorongan alumni Pondok Tahfidh Yanbu'ul Qur'an.( Ulin Nuha Arwani, Thoriqoh Baca Tulis dan
Menghafal Al-Qur'an "Yanbu'a", 2004). Khususnya
dari warga masyarakat "Robithotul Huffadh Lima'had Yanbu'ul
Qur'an Majlis Nuzulis Sakinah (Mutakharrijin Pondok Tahfidh Yanbu'ul Qur'an
Kudus), lembaga pendidikan ma'arif, serta muslimat terutama dari cabang Kudus
dan Jepara agar pengasuh pondok menerbitkan buku tentang cara membaca, menulis
dan menghafal Al-Qur'an yang bisa dimanfaatkan oleh ummat, sehingga bisa
berlatih kefasihannya mulai usia anak-anak.
Metode Yanbu'a merupakan jalan atau cara
yang dapat ditempuh untuk menyampaikan bahan atau materi yang disusun secara
sistematis disesuaikan dengan perkembangan usia siswa rujukan isinya diambil
dari ayat-ayat Al-Qur'an yang ditulis atau dibukukan dalam bentuk paket.
Yanbu'a juz I-VII setiap
jilid/juz memiliki tujuan pembelajaran yang berbeda. Pada intinya tujuan yang
hendak dicapai dari masing-masing juz yaitu siswa/anak mampu membaca huruf
serta ayat-ayat Al-Qur'an dengan lancar, benar dan fasih sesuai dengan makhraj
(makhorijul khuruf).
Juz I adalah kunci awal keberhasilan siswa untuk melanjutkan
ke juz II, III, dalam hal ini butuh bimbingan langsung dari
ustadz/ustadzah. Pada juz IV tujuan pembelajarannya anak bisa membaca
lafadz Allah (ayat-ayat Al-Qur'an) dengan benar, memahami huruf-huruf yang
tidak dibaca atau fawatichus suwar dan huruf-huruf tertentu serta
mengetahui persamaan antara huruf latin dan Arab, kaidah tajwid, tulisan Arab
dan pegon jawa. Tujuan pembelajaran juz V anak bisa membaca waqof dan
tanda baca yang terdapat di Al-Qur'an Rosm Ustmaniy sedangkan juz VI
dan VII merupakan pedoman untuk mempelajari kaidah ghorib dan tajwid.8
Setelah siswa selesai mempelajari juz I – juz V yaitu lewat pentashihan
kepada ahli Al-Qur'an peserta didik diperbolehkan mempelajari Al-Qur'an 30 juz
secara langsung, siswa membacakannya di hadapan guru. Guru sebagai pembimbing
menyimak benar salahnya bacaan peserta didik dalam membaca Al-Qur'an
Jenis
Penelitian
- Penelitian ini
adalah library reseacrh
(penelitian kepustakaan), yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan
menggunakan literature (kepustakaan) baik berupa buku, catatan maupun
laporan hasil penelitian dari penelitian terdahulu.
- Teknik
pengumpulan data: dengan dokumentasi yaitu mencari data berupa catatan,
jurnal, skripsi ataupun buku.
- Teknik analisis data: penelitian ini akan menggunakan deskriptif analisis yaitu mengumpulkan data kemudian dianalisa dalam bentuk deskriptif dan didukung dengan metode komparatif yaitu membandingkan dua pendapat (dua metode) kemudian mengulas, menguraikan selanjutnya menarik suatu kesimpulan.
Macam-macam metode
pembelajaran Al Qur’an
Dalam
proses pembelajaran, metode memilki peranan sangat penting dalam upaya
pencapaian tujuan pembelajaran.
1. Metode
Iqra’
Metode Iqra’
adalah suatu metode membaca Al Qur’an yang menekankan langsung pada latihan
membaca. Adapun buku panduan iqra’ terdiri dari 6 jilid di mulai dari tingkat
yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna.
Metode iqra’ ini
disusun oleh Ustadz As’ad Humam yang berdomisili di Yogyakarta. Kitab Iqra’
dari keenam jilid tersebut ditambah satu jilid lagi yang berisi doa-doa. Dalam
setiap jilid terdapat petunjuk pembelajarannya dengan maksud memudahkan setiap
orang yang belajar maupun yang mengajar Al Qur’an.
Metode iqra’ ini
dalam prakteknya tidak membutuhkan alat yang bermacam-macam, karena ditekankan
pada bacaannya (membaca huruf Al Qur’an dengan fasih). Bacaan langsung tanpa
dieja. Artinya tidak diperkenalkan nama-nama huruf hijaiyah dengan belajar
siswa aktif (CBSA) dan lebih bersifat individual.
Adapun kelemahan
dan kelebihan metode iqra’ adalah:
a.
Kelebihan
1.
menggunakan
metode CBSA, jadi bukan guru yang aktif melainkan santri yang dituntut aktif
2.
dalam
penerapannya menggunakan klasikal (membaca secara bersama), privat maupun cara
eksistensi (santri yang lebih tinggi jilidnya dapat menyimak bacaan temannya
yang berjilidnya rendah).
3.
Komunikatif
artinya santri mampu membaca dengan baik dan benar guru dapat memberikan
sanjungan, perhatian dan penghargaan.
4.
Bila
ada santri yang sama tingkat pelajarannya, boleh dengan sistem tadarrus, secara
bergilir membaca sekitar dua baris sedang lainnya menyimak.
b.
Kekurangan
1.
Bacaan-bacaan
tajwid tidak dikenalkan sejak dini
2.
Tidak
ada media belajar
3.
Tidak
dianjurkan menggunakan irama murottal
2. Metode
Al Baghdad
Metode Al
Baghdady adalah metode tersusun (tarkibiyah), maksudnya yaitu suatu metode yang
tersusun secara berurutan dan merupakan sebuah proses ulang atau lebih kita
kenal dengan sebutan metode alif, ba’, ta’. Metode ini adalah metode yang
paling lama muncul dan metode yang pertama berkembang di Indonesia.
Cara
pembelajaran metode ini adalah:
-
Hafalan
-
Eja
-
Modul
-
Tidak
variatif
-
Pemberian
contoh yang absolute
Metode ini
memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu:
a.
Kelebihan
1.
Santri
akan mudah dalam belajar karena sebelum diberikan materi, santri sudah hafal
huruf-huruf hijaiyah
2.
Santri
yang lancar akan cepat melanjutkan pada materi selanjutnya karena tidak
menunggu orang lain
b.
Kekurangan
1.
Membutuhkan
waktu yang lama karena harus menghafal huruf hijaiyah dahulu dan harus dieja.
2.
Santri
kurang aktif karena harus mengikuti ustadz-ustadznya dalam membaca.
3.
Kurang
variatif karena menggunakan satu jilid saja.
3. Metode
An-Nahdhiyah
Metode An
Nahdiyah adalah salah satu metode membaca Al Qur’an yang muncul di daerah
Tulungagung, Jawa Timur. Metode ini disusun oleh sebuah lembaga pendidikan
Ma’arif cabang Tunlungagung. Karena metode ini merupakan metode pengembangan
dari metode Al Baghdady, maka materi pembelajaran AL Qur’an tidak jauh berbeda
dengan metode Qira’ati dan iqra’. Dan perlu diketahui bahwa pembelajaran metode
ini ditekankan pada kesesuaian dan keteraturan bacaan dengan ketukan atau lebi
tepatnya pembelajaran Al Qur’an pada metode ini lebih menekankan pada kode
“ketukan”.
Dalam
pelaksanaan metode ini mempunyai dua program yang harus diselesaikan oleh para
santri, yaitu:
a.
Program
buku paket yaitu program awal sebagai dasar pembelakan untuk mengenal dan
memahami serta mempraktekkan membaca Al Qur’an.
b.
Program
sorogan Al Qur’an yaitu program lanjutan sebagai aplikasi praktis untuk
mengantarkan santri mampu membaca Al Qur’an sampai khatam.
Dalam metode ini
buku paketnya tidak dijual bebas bagi yang ingin menggunakannya atau ingin
menjadi guru pada metode ini harus sudah mengikuti penataran calon guru metode
An Nahdhiyah.
Dalam program
sorogan Al Qur’an ini snatri akan diajarkan bagaimana cara-cara membaca Al
Qur’an yang sesuai dengan sistem bacaan dalam membaca Al Qur’an. Dimana santri
langsung praktek membaca Al Qur’an besar. Disini santri akan diperkenalkan
beberapa sistem bacaan yaitu tartil, tahqiq dan taghanni
4. Metode
Jibril
Terminology
(istilah) metode jibril yang digunakan sebagai nama dari pembelajaran Al Qur’an
yang diterapkan di PIQ Singosari Malang, adalah dilatarbelakangi perintah Allah
SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengikuti bacaan Al Qur’an yang telah
diwahyukan melalui malaikat Jibril. Menurut KH. M. Bashori Alwi (dalam
Taufiqurrohman) sebagai pencetus metode Jibril, bahwa teknik dasar metode
Jibril bermula dengan membaca satu ayat atau lanjutan ayat atau waqaf. Lalu
ditirukan oleh seluruh oranng-orang yang mengaji. Sehingga mereka dapat
menirukan bacaan guru dengan pas. Metode jibril terdapat 2 tahap yaitu tahqiq
dan tartil.
5. Metode
Qiro’ati
Metode Qiro’ati
disusun oleh ustadz H. Dahlan Salim Zarkasy pada tahun 1986 bertepatan pada
tanggal 1 Juli. H.M Nur Shodiq Ahrom (sebagai penyusun didalam bukunya”Sistem
Qaidah Qira’ati” Ngembuk, Kalipare), metode ini ialah membaca AL Qur’an yang
langsung memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan qa’idah ilmu tajwid
sistem pendidikan dan pengajaran metode Qira’ati ini melalui system pendidikan
berpusat pada murid dan kenaikan kelas/jilid tidak ditentukan oleh bulan/tahun
dan tidak secara klasikal, tapi secara individual (perseorangan)
Santri (anak
didik) dapat naik kelas/ jilid berikutnya dengan syarat;
a.
Sudah
menguasai materi/paket pelajaran yang diberikan di kelas.
b.
Lulus
tes yang telah diujikan oleh sekolah /TPA
Prinsip-prinsip
dasar Qiro’ati
a.
Prinsip-prinsip
yang dipegang oleh guru/istadz yaitu:
-
tiwagas (teliti, waspada dan tegas)
- daktun (tidak boleh menuntun)
b.
Prinsip-prinsip
yang harus dipegang santri/ anak didik:
-CBSA:
Cara Belajar Santri Aktif
-
LCTB: Lancar cepat tepat dan benar
Strategi
mengajar dalam Qiro’ati
Dalam mengajar
Al Qur’an dikenal beberapa macam strategi, yaitu:
a.
Strategi
mengajar umum (global)
-
Bergiliran
atau privat yaitu santri bergiliran membaca satu persatu
-
Klasikal
individu yaitu sebagian waktu digunakan guru/ustadz untuk menerangkan pokok
pelajaran secara klasikal.
-
Klasikal
baca simak yaitu strategi ini digunakan untuk mengajarkan membaca dan menyimak
bacaan Al Qur’an orang lain.
b.
Strategi
mengajar khusus (detil)
Strategi ini
agar berjalan dengan baik maka perlu diperhatikan syarat-syaratnya. Dan
strategi ini mengajarkannya secara khusus atau detil. Dalam mengajarkan metode
qiro’ati ada I sampai VI yaitu:
-
Jilid
I
Jilid I adalah
kunci keberhasilan dalam belajar membaca AL Qur’an. Apabila jilid I lancar pada
jilid selanjutnya akan lancar pula, guru harus memperhatikan kecepatan santri
-
Jilid
II
Jilid II adalah
lanjutan dari jilid I yang disini telah terpenuhi target jilid I
-
Jilid
III
Jilid III adalah
setiap pokok bahasan lebih ditekankan pada bacaan panjang (huruf mad)
-
Jilid
IV
Jilid IV ini
merupakan kunci keberhasilan dalam bacaan tartil dan bertajwid
-
Jilid
V
Jilid V ini
lanjutan dari jilid IV. Disini diharapkan sudah harus mampu membaca dengan baik
dan benar
-
Jilid
VI
Jilid ini adalah
jilid yang terakhir yang kemudian dilanjutkan dengan pelajaran juz 7
Juz I dampai juz
VI mempunyai target yang harus dicapai sehingga disini guru harus lebih sering
melatih peserta didik agar target-target itu tercapai. Metode ini mempunyai
kelebihan dan kekurangan antara lain:
Kelebihannya:
1.
Siswa
walaupun belum mengenal tajwid tetapi sudah bisa membaca Al Qur’an secara
tajwid. Karena belajar ilmu tajwid itu hukumnya fardhu kifayah sedangkan
membaca Al Qur’an dengan tajwidnya itu fardhu ‘ain.
2.
Dalam
metode ini terdapat prinsip untuk guru dan murid
3.
Pada
metode ini setelah khatam meneruskan lagi bacaan ghorib
4.
Jika
santri sudah lulus 6 jilid beserta ghoribnya, maka dites bacaannya kemudian
setelah itu santri mendapatkan syahadah jila lulus tes
Kekurangannya:
Bagi yang tidak
lancar lulusnya juga akan lama karena metode ini lulusnya tidak ditentukan oleh
bulan/tahun.
Sumber:
Ulin Nuha Arwani, Thoriqoh
Baca Tulis dan Menghafal Al-Qur'an "Yanbu'a"
jilid 1-7, Kudus: Yayasan Arwaniyyah, 2004
K.H. As’ad Humam, Buku Iqra’ jilid 1-6, Yogyakarta:
Balai Litbang LPTQ Nasional Team Tadarus “AMM”, 2000
Heni Kurniawati,
Efektivitas Metode Yanbu'a dalam Pembelajaran Membaca Al-Qur'an Di TPQ Tamrinus
Shibyan Karangrandu Pecangaan Jepara. Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang, Semarang : Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo, 2008
Muhammad
Nur Abdullah Hafidz,
Mendidik Anak
Bersama Rosulullah, Bandung: Albayan
Ablah
Jawwad Al Harsyi,terj. Agus Saifuddin, Kecil-Kecil
Hafal Al Qur’an, Jakarta: Hikmah, 2006
Al-Imam Abu
Hamid Muhammad Bin
Muhammad al-Gozali, Ihya Ulumudin
II, Semarang: Toha Putra
Zainap Hartati, Penerapan Metode Iqra’ dalam Belajar
Membaca Al Qur’an (Studi tentang
Penerapan Metode Iqra’ di TKA-TPA Kota Palangkaraya Kalimantan Tengah)Jurnal
Studi Agama dan Masyarakat Vol 1, No 2 bulan Desember 2004)
0 komentar:
Posting Komentar