Sabtu, 13 Mei 2017

Filled Under:

TINJAUAN PEMBELAJARAN AL QUR’AN

(STUDI KOMPARASI METODE IQRA’ DENGAN METODE YANBU’A)
Oleh
Musrifatun Ummul Fadlilah S.Pd



Setiap orang tua memiliki tanggung jawab mengajarkan anak-anaknya tata cara  membaca  al-Qur’an  sejak  kecil.  Sebab  al-Qur’an memiliki  pengaruh  besar dalam  menanamkan  aqidah  yang  kuat  pada  jiwa  anak.  Menurut  Al-Gafidz Assuyuti   “  pengajaran  al-Qur’an  pada  anak  merupakan  dasar  pendidikan  islam pertama kali  yang harus diajarkan kepada anak-anaknya.”( Muhammad  Nur  Abdullah  Hafidz,  Mendidik  Anak  Bersama  Rosulullah, Albayan, Bandung , hlm. 138)
Ibnu Khaldun dalam kitabnya, Al Muqaddimah mendiskusikan masalah pengajaran Al Qur’an kepada anak-anak pada usia dini. Beliau menjelaskan beberapa metode yang berbeda-beda. Ibnu Khaldun menrangkan bahwa pengajaran Al Qur’an pada anak-anak kecil merupakan salah satu bentuk syiar agama yang dilakukan oleh orang di berbagai kawasan Islam. Pengajaran Al Qur’an kepada anak-anak ketika mereka masih kecil membuatnya lebih mudah diserap dalam hati mereka (‘Ablah Jawwad Al Harsyi,terj. Agus Saifuddin, Kecil-Kecil Hafal Al Qur’an, Jakarta, 2006, hlm.12) Dengan  mendapatkan  pengajaran al-Qur’an  yang  baik, diharapkan  anak  mampu  membaca  al-Qur’an  dengan  baik dan  benar  (sesuai kaidah tajwid).
Membaca  al-Qur’an  secara  fasih  dan  tartil  serta  mau mengamalkan  apa yang  terkandung  di  dalam  al-Qur’an,  maka  akan  mendapatkan  pahala  yang berlipat  ganda.  Akan  tetapi  sebaliknya  jika  orang  tidak  mau  belajar  al-Qur’an, sehingga  dalam  membaca  al-Qur’an  asal-asalan  maka  ia  akan  mendapat  laknat (dosa).  Hal  ini  sesuai  dengan  sabda  nabi  Muhammad  SAW  yang  diriwayatkan sahabat Anas bin Malik.
Artinya  :”Banyak  orang  yang  membaca  al-Qur’an  yang  semestinya  mendapat pahala , malahan mendapat laknat”( Al-Imam  Abu  Hamid  Muhammad  Bin  Muhammad  al-Gozali,  Ihya  Ulumudin  II,  Toha Putra, Semarang, T.th, halaman 246)
Dalam  pengajaran  al-Qur’an  baik  di  tingkat  sekolah  taman  kanak-kanak al-Qur’an  maupun  tingkat  Diniyyah  dan  Ibtidaiyyah,  banyak  digunakan  metode belajar membaca  al-Qur’an,  antara  lain  metode  Iqra',  metode  Qiro'ati,  metode  AnNahdiyyah,  metode Baghdadiyah, Barqi, dan Yanbu'a,dan lain-lain. Setiap metode memiliki cara dan teknik sendiri-sendiri dalam menjadikan anak didik mampu membaca al-Qur'an secara fasih dan tartil. .
Saat ini metode membaca Al Qur’an menjadi hal yang urgen bagi pendidik dalam mengajarkan membaca Al Qur’an. Namun metode-metode membaca Al Qur’an yang ada selama ini belum maksimal memberikan solusi untuk belajar membaca Al Qur’an dengan mudah, tepat dan cepat sehingga banyak orang yang sedang belajar menganggap bahwa Al Qur’an itu sulit dan menjadi ragu untuk bisa belajar membaca Al Qur’an.
Metode yang selama ini banyak digunakan oleh pendidik dalam mengajarkan membaca Al Qur’an adalah metode Iqra’ yakni metode yang dibuat oleh KH. As’ad Humam yang terdiri dari 6 jilid. Selain metode tersebut, kini mulai muncul metode baru yang berasal dari Kudus yakni metode Yanbu’a. Metode yang dirancang oleh lulusan pondok Yanbu’ul Qur’an ini belum banyak dipergunakan oleh pendidik karena kurangnya pengetahuan tentang hal itu. Dari dua metode tersebut, terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan masing-masing. Juga memiliki persamaan dan perbedaan mulai dari tulisan hingga materi yang diajarkan.
Dengan adanya dua metode belajar membaca Al Qur’an tersebut, maka saya tertarik untuk meneliti terkait “ Tinjauan Metode Belajar Membaca Al Qur’an (Studi Komparatif Metode Iqra’ dengan Metode Yanbu’a)

Metode Pembelajaran Al Qur’an
Metode  berasal  dari  kata  methodos  dalam  bahasa Yunani  yang  berarti  cara  atau  jalan.  Sudjana  (2005:  76)  berpendapat bahwa  metode  merupakan  perencanaan  secara  menyeluruh  untuk menyajikan  materi  pembelajaran  bahasa  secara  teratur,  tidak  ada  satu bagian  yang  bertentangan,  dan  semuanya  berdasarkan  pada  suatu pendekatan  tertentu.  Pendekatan  bersifat  aksiomatis  yaitu  pendekatan yang  sudah  jelas  kebenarannya,  sedangkan  metode  bersifat  prosedural yaitu pendekatan dengan menerapkan langkah-langkah. Metode bersifat prosedural  maksudnya  penerapan  dalam  pembelajaran  dikerjakan melalui langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap yang dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar.
Menurut  Sangidu  (2004:  14)  metode  adalah  cara  kerja  yang bersistem  untuk  memulai  pelaksanaan  suatu  kegiatan  penilaian  guna mencapai  tujuan  yang  telah  ditentukan.  Salamun  (dalam  Sudrajat, 2009:7)  menyatakan  bahwa  metode  pembelajaran  ialah  sebuah  caracara  yang  berbeda  untuk  mencapai  hasil  pembelajaran  yang  berbeda dibawah  kondisi  yang  berbeda.  Hal  itu  berarti  pemilihan  metode pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi pembelajaran dan hasil pembelajaran yang ingin dicapai.
Al Qur’an merupakan kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad secara berangsur-angsur melalui malaikat Jibril yang dengan membacanya bernilai ibadah.
Berdasarkan  pendapat  tersebut  dapat  disimpulkan  bahwa  metode pembelajaran Al Qur’an merupakan sebuah perencanaan yang utuh dan bersistem dalam  menyajikan  materi  pelajaran Al Qur’an baik terkait membaca, menulis maupun manghafalnya.

Metode Iqra’
Metode Iqra’ merupakan karya K.H As’ad Humam sebagai upaya untuk mengatasi keprihatinan umat Islam Indonesia mengenai tingginya buta huruf baca-tulis huruf Al Qur’an, terutama dikalangan anak-anak pra sekolah. Metode Iqra’ disusun sebagai penyempurna atas metode qira’ati. (Zainap Hartati, Penerapan Metode Iqra’ dalam Belajar Membaca Al Qur’an (Studi tentang Penerapan Metode Iqra’ di TKA-TPA Kota Palangkaraya Kalimantan Tengah)Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Vol 1, No 2 bulan Desember 2004)
Metode Iqra’ adalah salah satu metode belajar mengajar Al Qur’an yang disusun secara praktis dan sistematis, sehingga memudahkan setiap orang untuk belajar maupun mengajarkan membaca Al Qur’an (Buku Iqra’ Cara Cepat Belajar Membaca Al Qur’an, K.H As’ad Humam,Yogyakarta, Balai Litbang LPTQ Nasional Team Tadarus AMM, 2000)

Metode Yanbu’a
Penyusunan Yanbu'a berasal dari usulan dan dorongan alumni Pondok Tahfidh Yanbu'ul Qur'an.( Ulin Nuha Arwani, Thoriqoh Baca Tulis dan Menghafal Al-Qur'an "Yanbu'a", 2004). Khususnya dari warga masyarakat "Robithotul Huffadh Lima'had Yanbu'ul Qur'an Majlis Nuzulis Sakinah (Mutakharrijin Pondok Tahfidh Yanbu'ul Qur'an Kudus), lembaga pendidikan ma'arif, serta muslimat terutama dari cabang Kudus dan Jepara agar pengasuh pondok menerbitkan buku tentang cara membaca, menulis dan menghafal Al-Qur'an yang bisa dimanfaatkan oleh ummat, sehingga bisa berlatih kefasihannya mulai usia anak-anak.
Metode Yanbu'a merupakan jalan atau cara yang dapat ditempuh untuk menyampaikan bahan atau materi yang disusun secara sistematis disesuaikan dengan perkembangan usia siswa rujukan isinya diambil dari ayat-ayat Al-Qur'an yang ditulis atau dibukukan dalam bentuk paket.
Yanbu'a juz I-VII setiap jilid/juz memiliki tujuan pembelajaran yang berbeda. Pada intinya tujuan yang hendak dicapai dari masing-masing juz yaitu siswa/anak mampu membaca huruf serta ayat-ayat Al-Qur'an dengan lancar, benar dan fasih sesuai dengan makhraj (makhorijul khuruf).
Juz I adalah kunci awal keberhasilan siswa untuk melanjutkan ke juz II, III, dalam hal ini butuh bimbingan langsung dari ustadz/ustadzah. Pada juz IV tujuan pembelajarannya anak bisa membaca lafadz Allah (ayat-ayat Al-Qur'an) dengan benar, memahami huruf-huruf yang tidak dibaca atau fawatichus suwar dan huruf-huruf tertentu serta mengetahui persamaan antara huruf latin dan Arab, kaidah tajwid, tulisan Arab dan pegon jawa. Tujuan pembelajaran juz V anak bisa membaca waqof dan tanda baca yang terdapat di Al-Qur'an Rosm Ustmaniy sedangkan juz VI dan VII merupakan pedoman untuk mempelajari kaidah ghorib dan tajwid.8 Setelah siswa selesai mempelajari juz I – juz V yaitu lewat pentashihan kepada ahli Al-Qur'an peserta didik diperbolehkan mempelajari Al-Qur'an 30 juz secara langsung, siswa membacakannya di hadapan guru. Guru sebagai pembimbing menyimak benar salahnya bacaan peserta didik dalam membaca Al-Qur'an

Jenis Penelitian
  • Penelitian ini adalah library reseacrh (penelitian kepustakaan), yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan literature (kepustakaan) baik berupa buku, catatan maupun laporan hasil penelitian dari penelitian terdahulu.
  • Teknik pengumpulan data: dengan dokumentasi yaitu mencari data berupa catatan, jurnal, skripsi ataupun buku.
  • Teknik analisis data: penelitian ini akan menggunakan deskriptif analisis yaitu mengumpulkan data kemudian dianalisa dalam bentuk deskriptif dan didukung dengan metode komparatif yaitu membandingkan dua pendapat (dua metode) kemudian mengulas, menguraikan selanjutnya menarik suatu kesimpulan.

Macam-macam metode pembelajaran Al Qur’an
Dalam proses pembelajaran, metode memilki peranan sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran.
1.    Metode Iqra’
Metode Iqra’ adalah suatu metode membaca Al Qur’an yang menekankan langsung pada latihan membaca. Adapun buku panduan iqra’ terdiri dari 6 jilid di mulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna.
Metode iqra’ ini disusun oleh Ustadz As’ad Humam yang berdomisili di Yogyakarta. Kitab Iqra’ dari keenam jilid tersebut ditambah satu jilid lagi yang berisi doa-doa. Dalam setiap jilid terdapat petunjuk pembelajarannya dengan maksud memudahkan setiap orang yang belajar maupun yang mengajar Al Qur’an.
Metode iqra’ ini dalam prakteknya tidak membutuhkan alat yang bermacam-macam, karena ditekankan pada bacaannya (membaca huruf Al Qur’an dengan fasih). Bacaan langsung tanpa dieja. Artinya tidak diperkenalkan nama-nama huruf hijaiyah dengan belajar siswa aktif (CBSA) dan lebih bersifat individual.
Adapun kelemahan dan kelebihan metode iqra’ adalah:
a.       Kelebihan
1.      menggunakan metode CBSA, jadi bukan guru yang aktif melainkan santri yang dituntut aktif
2.      dalam penerapannya menggunakan klasikal (membaca secara bersama), privat maupun cara eksistensi (santri yang lebih tinggi jilidnya dapat menyimak bacaan temannya yang berjilidnya rendah).
3.      Komunikatif artinya santri mampu membaca dengan baik dan benar guru dapat memberikan sanjungan, perhatian dan penghargaan.
4.      Bila ada santri yang sama tingkat pelajarannya, boleh dengan sistem tadarrus, secara bergilir membaca sekitar dua baris sedang lainnya menyimak.
b.      Kekurangan
1.      Bacaan-bacaan tajwid tidak dikenalkan sejak dini
2.      Tidak ada media belajar
3.      Tidak dianjurkan menggunakan irama murottal

2.    Metode Al Baghdad
Metode Al Baghdady adalah metode tersusun (tarkibiyah), maksudnya yaitu suatu metode yang tersusun secara berurutan dan merupakan sebuah proses ulang atau lebih kita kenal dengan sebutan metode alif, ba’, ta’. Metode ini adalah metode yang paling lama muncul dan metode yang pertama berkembang di Indonesia.
Cara pembelajaran metode ini adalah:
-          Hafalan
-          Eja
-          Modul
-          Tidak variatif
-          Pemberian contoh yang absolute
Metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu:
a.  Kelebihan
1.      Santri akan mudah dalam belajar karena sebelum diberikan materi, santri sudah hafal huruf-huruf hijaiyah
2.      Santri yang lancar akan cepat melanjutkan pada materi selanjutnya karena tidak menunggu orang lain
b.  Kekurangan
1.      Membutuhkan waktu yang lama karena harus menghafal huruf hijaiyah dahulu dan harus dieja.
2.      Santri kurang aktif karena harus mengikuti ustadz-ustadznya dalam membaca.
3.      Kurang variatif karena menggunakan satu jilid saja.

3.    Metode An-Nahdhiyah
Metode An Nahdiyah adalah salah satu metode membaca Al Qur’an yang muncul di daerah Tulungagung, Jawa Timur. Metode ini disusun oleh sebuah lembaga pendidikan Ma’arif cabang Tunlungagung. Karena metode ini merupakan metode pengembangan dari metode Al Baghdady, maka materi pembelajaran AL Qur’an tidak jauh berbeda dengan metode Qira’ati dan iqra’. Dan perlu diketahui bahwa pembelajaran metode ini ditekankan pada kesesuaian dan keteraturan bacaan dengan ketukan atau lebi tepatnya pembelajaran Al Qur’an pada metode ini lebih menekankan pada kode “ketukan”.
Dalam pelaksanaan metode ini mempunyai dua program yang harus diselesaikan oleh para santri, yaitu:
a.       Program buku paket yaitu program awal sebagai dasar pembelakan untuk mengenal dan memahami serta mempraktekkan membaca Al Qur’an.
b.      Program sorogan Al Qur’an yaitu program lanjutan sebagai aplikasi praktis untuk mengantarkan santri mampu membaca Al Qur’an sampai khatam.
Dalam metode ini buku paketnya tidak dijual bebas bagi yang ingin menggunakannya atau ingin menjadi guru pada metode ini harus sudah mengikuti penataran calon guru metode An Nahdhiyah.
Dalam program sorogan Al Qur’an ini snatri akan diajarkan bagaimana cara-cara membaca Al Qur’an yang sesuai dengan sistem bacaan dalam membaca Al Qur’an. Dimana santri langsung praktek membaca Al Qur’an besar. Disini santri akan diperkenalkan beberapa sistem bacaan yaitu tartil, tahqiq dan taghanni

4.    Metode Jibril
Terminology (istilah) metode jibril yang digunakan sebagai nama dari pembelajaran Al Qur’an yang diterapkan di PIQ Singosari Malang, adalah dilatarbelakangi perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengikuti bacaan Al Qur’an yang telah diwahyukan melalui malaikat Jibril. Menurut KH. M. Bashori Alwi (dalam Taufiqurrohman) sebagai pencetus metode Jibril, bahwa teknik dasar metode Jibril bermula dengan membaca satu ayat atau lanjutan ayat atau waqaf. Lalu ditirukan oleh seluruh oranng-orang yang mengaji. Sehingga mereka dapat menirukan bacaan guru dengan pas. Metode jibril terdapat 2 tahap yaitu tahqiq dan tartil.

5.    Metode Qiro’ati
Metode Qiro’ati disusun oleh ustadz H. Dahlan Salim Zarkasy pada tahun 1986 bertepatan pada tanggal 1 Juli. H.M Nur Shodiq Ahrom (sebagai penyusun didalam bukunya”Sistem Qaidah Qira’ati” Ngembuk, Kalipare), metode ini ialah membaca AL Qur’an yang langsung memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan qa’idah ilmu tajwid sistem pendidikan dan pengajaran metode Qira’ati ini melalui system pendidikan berpusat pada murid dan kenaikan kelas/jilid tidak ditentukan oleh bulan/tahun dan tidak secara klasikal, tapi secara individual (perseorangan)
Santri (anak didik) dapat naik kelas/ jilid berikutnya dengan syarat;
a.       Sudah menguasai materi/paket pelajaran yang diberikan di kelas.
b.      Lulus tes yang telah diujikan oleh sekolah /TPA
Prinsip-prinsip dasar Qiro’ati
a.         Prinsip-prinsip yang dipegang oleh guru/istadz yaitu:
- tiwagas (teliti, waspada dan tegas)
-  daktun (tidak boleh menuntun)
b.        Prinsip-prinsip yang harus dipegang santri/ anak didik:
-CBSA: Cara Belajar Santri Aktif
- LCTB: Lancar cepat tepat dan benar
Strategi mengajar dalam Qiro’ati
Dalam mengajar Al Qur’an dikenal beberapa macam strategi, yaitu:
a.       Strategi mengajar umum (global)
-          Bergiliran atau privat yaitu santri bergiliran membaca satu persatu
-          Klasikal individu yaitu sebagian waktu digunakan guru/ustadz untuk menerangkan pokok pelajaran secara klasikal.
-          Klasikal baca simak yaitu strategi ini digunakan untuk mengajarkan membaca dan menyimak bacaan Al Qur’an orang lain.
b.      Strategi mengajar khusus (detil)
Strategi ini agar berjalan dengan baik maka perlu diperhatikan syarat-syaratnya. Dan strategi ini mengajarkannya secara khusus atau detil. Dalam mengajarkan metode qiro’ati ada I sampai VI yaitu:
-          Jilid I
Jilid I adalah kunci keberhasilan dalam belajar membaca AL Qur’an. Apabila jilid I lancar pada jilid selanjutnya akan lancar pula, guru harus memperhatikan kecepatan santri
-          Jilid II
Jilid II adalah lanjutan dari jilid I yang disini telah terpenuhi target jilid I
-          Jilid III
Jilid III adalah setiap pokok bahasan lebih ditekankan pada bacaan panjang (huruf mad)
-          Jilid IV
Jilid IV ini merupakan kunci keberhasilan dalam bacaan tartil dan bertajwid
-          Jilid V
Jilid V ini lanjutan dari jilid IV. Disini diharapkan sudah harus mampu membaca dengan baik dan benar
-          Jilid VI
Jilid ini adalah jilid yang terakhir yang kemudian dilanjutkan dengan pelajaran juz 7
Juz I dampai juz VI mempunyai target yang harus dicapai sehingga disini guru harus lebih sering melatih peserta didik agar target-target itu tercapai. Metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangan antara lain:
Kelebihannya:
1.      Siswa walaupun belum mengenal tajwid tetapi sudah bisa membaca Al Qur’an secara tajwid. Karena belajar ilmu tajwid itu hukumnya fardhu kifayah sedangkan membaca Al Qur’an dengan tajwidnya itu fardhu ‘ain.
2.      Dalam metode ini terdapat prinsip untuk guru dan murid
3.      Pada metode ini setelah khatam meneruskan lagi bacaan ghorib
4.      Jika santri sudah lulus 6 jilid beserta ghoribnya, maka dites bacaannya kemudian setelah itu santri mendapatkan syahadah jila lulus tes
Kekurangannya:
Bagi yang tidak lancar lulusnya juga akan lama karena metode ini lulusnya tidak ditentukan oleh bulan/tahun.


Sumber:
Ulin Nuha Arwani, Thoriqoh Baca Tulis dan Menghafal Al-Qur'an "Yanbu'a" jilid 1-7, Kudus: Yayasan Arwaniyyah, 2004
K.H. As’ad Humam, Buku Iqra’ jilid 1-6, Yogyakarta: Balai Litbang LPTQ Nasional Team Tadarus “AMM”, 2000
Heni Kurniawati, Efektivitas Metode Yanbu'a dalam Pembelajaran Membaca Al-Qur'an Di TPQ Tamrinus Shibyan Karangrandu Pecangaan Jepara. Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Semarang : Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2008
Muhammad  Nur  Abdullah  Hafidz,  Mendidik  Anak  Bersama  Rosulullah, Bandung: Albayan
Ablah Jawwad Al Harsyi,terj. Agus Saifuddin, Kecil-Kecil Hafal Al Qur’an, Jakarta: Hikmah, 2006
Al-Imam  Abu  Hamid  Muhammad  Bin  Muhammad  al-Gozali,  Ihya  Ulumudin  II, Semarang: Toha Putra
Zainap Hartati, Penerapan Metode Iqra’ dalam Belajar Membaca Al Qur’an (Studi tentang Penerapan Metode Iqra’ di TKA-TPA Kota Palangkaraya Kalimantan Tengah)Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Vol 1, No 2 bulan Desember 2004)

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2017 Khusn al-'Ain.