(Makna di Balik Internalisasi dan Nilai Tauhid)
Internalisasi
adalah penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin, atau nilai sehingga
merupakan keyakinan dan kesadaran akan kebenaran doktrin atau nilai yang di
wujudkan dalam siakp dan perilaku (Mudji Sutrisno,1979:22) sedangkan menurut
Pius A. Partanto dan M Dahlan Al-barry (1994:267) internalisasi adalah
pendalaman, penghayatan, memasukkan.
Dari beberapa
pendapat diatas internalisasi merupakan sebuah proses menanamkan sesuatu. Internalisasi
dapat melalui institusional yakni melalui kelembagaan yang ada, misalnya
lembaga studi dan lain sebagainya.
Menurut Frondisi
yang dikutip Asmoro Achmadi(2006:59) mengemukakan bahwa Nilai kualitas yang
tidak nyata dan nilai bukan sesuatu atau elemen dari sesuatu, akan tetapi Nilai
adalah sesuatu yang dimiliki atau
kualitas dari suatu obyek tertentu yang disebut baik. Kemudian menurut Sidi
Gazalba yang dikutip Mawardi Lubis (2009:17) Nilai adalah sesuatu yang bersifat
abstrak dan ideal. Nilai bukan benda konkret, bukan fakta, tidak hanya sekedar
penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki, yang disenangi dan tidak
disenangi.
Dari beberapa
pendapat diatas nilai merupakan sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi
manusia sebagai acuan tingkah laku. Namun yang dimaksud disini adalah nilai
yang bersumber dari Tuhan karena berkaitan dengan internalisasi nilai-nilai
Tauhid dalam proses pembelajaran berbasis Kurikulum Tauhid.
Menurut M.Amin Rais,(1998:36) Tauhid secara
etimologi berasal dari kata wahhada,
yuwahhidu, tauhidan yang berarti mengEsakan Allah. Sedangkan menutut
Yunahar Ilyas,(2009:18) Tauhid secara terminology mengesakan Allah baik dalam zat, asma wasshifat, maupun af’al-Nya.
Berdasarkan pengertian Tauhid yang
dikemukakan para ahli diatas, dapat disimpulkan tauhid merupakan suatu agama
yang meng-Esakan Allah.Yang di ungkapkan dalam kalimat Laa illa ha illallah, tidak ada tuhan kecuali Allah. Ke-Esaan Allah
itu bukan hanya dalam arti bilangan diri-Nya hanya satu saja tetapi juga Esa
dalam sifat-sifatnya, tidak ada sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang sama
sempurnanya dengan sifat-sifat Allah serta Esa pula dalam perbuatan, tidak ada
sesuatu apapun juga yang dapat berbuat seperti Allah.
Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abdul Lathif
(2015:31-36) menjadi tiga macam tauhid
1) Tauhid rububiyah
Meng-Esakan Allah dalam hal
perbutan-perbutan-Nya, seperti menciptakan, member rizki, mengatur segala
urusan, menghidupkan dan sebagainya.
2) Tauhid uluhiyyah
Meng-Esakan Allah dengan perbuatan-perbuatan
hamba yang diperintah-Nya.Jadi semua bentuk ibadah harus ditujukan hanya kepada
Allah semata, tidak ada skutu baginya.
3) Tauhid asma’ wa sifat
Beriman kepada setiap nama dan sifat Allah
yang ada di dalam Al Qur’anul karim dan hadits-hadits yang shahih, yang dia
sifatkan untuk diriNya atau yang disiftakan oleh RasulNya menurut hakeatnya.
0 komentar:
Posting Komentar